Produsen mobil Jerman Audi, anak perusahaan Volkswagen Group, dilaporkan akan melakukan pengurangan besar terhadap tenaga kerjanya, terutama di posisi non-produksi. Menurut sumber yang dikutip oleh Manajer Majalahperusahaan berencana mengurangi ribuan pekerjaan di seluruh departemen di luar manufaktur, yang bertujuan untuk merampingkan operasi dan mengurangi tekanan keuangan yang dihadapi perusahaan. Pemotongan tersebut, yang dapat mempengaruhi sekitar 15% tenaga kerja tidak langsung Audi, menggarisbawahi tantangan yang dihadapi produsen mobil tersebut dalam menghadapi penurunan laba, kenaikan biaya produksi, dan perjuangan Volkswagen sendiri dalam industri otomotif.
Merek mobil mewah asal Jerman tersebut telah dilanda penurunan laba yang signifikan selama kuartal ketiga tahun 2024. Penurunan ini sebagian disebabkan oleh tingginya biaya yang terkait dengan potensi penutupan pabriknya di Brussels, yang semakin menambah beban keuangan Audi. Ketika Audi bersiap menghadapi tantangan masa depan, Audi telah mengonfirmasi bahwa dewan manajemennya sedang berdiskusi dengan perwakilan pekerja untuk menavigasi proses restrukturisasi. Meskipun perusahaan belum menentukan secara pasti berapa banyak posisi yang akan terkena dampaknya, PHK tersebut diperkirakan akan berdampak besar pada tenaga kerja, khususnya di Jerman.
Pengurangan yang Ditargetkan dalam Peran Tidak Langsung
Pemotongan ini akan menyasar “pekerjaan tidak langsung”—pekerjaan di luar lini produksi Audi, yang mencakup peran dalam pengembangan, administrasi, dan fungsi pendukung lainnya yang penting bagi operasi perusahaan. Menurut laporan, lebih dari 2.000 posisi dapat dihilangkan dari pengembangan saja, karena Audi berupaya mengurangi biaya dengan membentuk kembali struktur organisasinya. Fokus pada peran non-produksi ini mencerminkan tren yang lebih luas dalam industri otomotif, di mana perusahaan semakin berupaya mengoptimalkan operasi di luar pabrik mereka seiring dengan peralihan ke model yang lebih efisien dan ramping untuk mendukung produksi kendaraan listrik (EV) dan teknologi canggih.
Di Jerman, negara asal Audi, rencana restrukturisasi ini dapat berdampak pada 4.500 lapangan kerja, dan sebagian besar PHK diperkirakan terjadi di kantor pusat Audi di Ingolstadt. Audi saat ini mempekerjakan sekitar 85.000 pekerja di seluruh dunia, dengan sebagian besar tenaga kerja tersebut berbasis di Jerman. Rencana restrukturisasi perusahaan tampaknya merupakan bagian dari strategi yang lebih besar yang dilakukan oleh perusahaan induknya, Volkswagen, yang juga menghadapi tantangan keuangan karena transisi produksi kendaraan listrik yang mahal, tekanan peraturan, dan inflasi yang tinggi di seluruh Eropa.
Tekanan Meningkat saat Audi Menghadapi Penurunan Laba dan Tantangan EV
Keputusan untuk mengurangi tenaga kerjanya terjadi pada saat Audi mengalami kesulitan keuangan yang semakin parah. Produsen mobil tersebut baru-baru ini melaporkan penurunan tajam dalam pendapatan kuartal ketiganya, seiring dengan kenaikan biaya dan tantangan pasar yang sangat membebani keuntungannya. Salah satu faktor terbesar yang berkontribusi terhadap penurunan ini adalah tingginya biaya yang terkait dengan potensi penutupan fasilitasnya di Brussels, sebuah langkah yang sedang dipertimbangkan Audi sebagai bagian dari peralihan ke produksi kendaraan listrik dan konsolidasi jejak manufakturnya.
Seperti kebanyakan produsen mobil tradisional, Audi berada di bawah tekanan untuk beradaptasi dengan lanskap otomotif yang cepat berubah, didorong oleh meningkatnya persaingan dari produsen kendaraan listrik dan preferensi konsumen yang terus berubah. Tingginya biaya yang terkait dengan pengembangan teknologi kendaraan listrik dan peningkatan fasilitas untuk mendukung produksi kendaraan listrik disebut-sebut sebagai sumber tekanan keuangan utama bagi perusahaan. Agar tetap kompetitif, Audi tidak hanya harus mengatasi kendala keuangan yang mendesak ini tetapi juga melakukan investasi jangka panjang dalam teknologi baru, yang semakin membebani sumber daya keuangannya.
Negosiasi dengan Perwakilan Pekerja Sedang Berlangsung
Audi telah mengkonfirmasi kepada Reuters bahwa dewan direksinya sedang melakukan negosiasi dengan perwakilan pekerja, meskipun mereka menahan diri untuk mengomentari angka atau jadwal spesifik mengenai usulan PHK tersebut. Negosiasi yang sedang berlangsung menggarisbawahi kompleksitas proses ini, karena Audi menyeimbangkan kebutuhannya untuk mengurangi biaya dengan komitmennya terhadap pekerja dan masyarakat di mana Audi beroperasi.
Produsen mobil tersebut sebelumnya telah menunjukkan komitmennya terhadap praktik manajemen tenaga kerja yang adil dan bertanggung jawab, dan kemungkinan besar Audi akan berupaya mencapai konsensus dengan perwakilan pekerjanya untuk memastikan proses restrukturisasi dilakukan dengan gangguan minimal terhadap karyawannya.
Peran Volkswagen dan Dampak Industri yang Lebih Luas
Pengurangan pekerja di Audi adalah yang terbaru dari serangkaian tantangan yang dihadapi Grup Volkswagen, yang telah bergulat dengan kesulitan keuangannya sendiri dalam beberapa tahun terakhir. Ketika industri otomotif global beralih ke kendaraan listrik dan otonom, produsen tradisional menghadapi tekanan yang semakin besar untuk memangkas biaya dan menyederhanakan operasi agar tetap kompetitif. Kebutuhan Volkswagen untuk meningkatkan sumber daya untuk berinvestasi dalam teknologi kendaraan listrik dan beradaptasi dengan peraturan emisi baru semakin memperparah masalah ini, sehingga menyebabkan anak perusahaannya, termasuk Audi, mempertimbangkan pengurangan pekerja sebagai langkah penghematan biaya yang diperlukan.
Saat industri otomotif menjalani periode transformasi yang belum pernah terjadi sebelumnya, PHK yang dilakukan Audi menjadi pengingat akan keputusan sulit yang dihadapi para pembuat mobil. Bagi karyawan Audi dan tenaga kerja otomotif Jerman yang lebih luas, beberapa bulan ke depan akan membawa ketidakpastian dan transisi seiring Audi terus melanjutkan rencana restrukturisasinya dalam upaya beradaptasi dengan lanskap otomotif yang terus berkembang.