Hampir 300 artis, penulis lagu, dan aktor terkenal telah mendukung rancangan undang-undang Kongres bipartisan baru yang berfokus pada pengaturan penggunaan kecerdasan buatan (AI) untuk kloning suara dan kemiripan. Dipelopori oleh Kampanye Seni Manusia, inisiatif ini mendapatkan visibilitas melalui iklan cetak USA Today yang menampilkan dukungan dari tokoh-tokoh papan atas seperti 21 Savage, Cardi B & Offset, Bette Midler, Bradley Cooper, dan lainnya. Undang-undang No Artificial Intelligence Fake Replicas And Unauthorized Duplications (No AI FRAUD Act), yang diperkenalkan di DPR AS pada 10 Januari, berupaya untuk membangun kerangka kerja federal yang melindungi individu dari penyalahgunaan deepfake yang dihasilkan AI.
Membela Hak Asasi Manusia di Era AI
Undang-Undang No AI FRAUD bertujuan untuk menjunjung tinggi hak asasi manusia dengan melindungi suara dan kemiripan dari penggunaan tidak sah melalui teknologi AI. Kampanye Seni Manusia mendesak masyarakat untuk memberikan dukungan mereka pada HR 6943, menyoroti perlunya menjaga individualitas dalam menghadapi kemajuan teknologi AI. Diprakarsai oleh berbagai organisasi industri kreatif, kampanye ini didasarkan pada tujuh prinsip inti yang diuraikan pada bulan Maret 2023, yaitu mengadvokasi pemberian lisensi karya seni yang digunakan dalam model AI dan mencegah tindakan pemerintah yang mengeksploitasi pencipta tanpa izin atau kompensasi.
Dukungan Luas dan Akar Legislatif
Dukungan penting terhadap No AI FRAUD Act meluas ke seluruh artis musik, aktor, dan profesional industri, termasuk Chuck D, Mary J. Blige, Trisha Yearwood, Bradley Cooper, dan Debra Messing. Perwakilan María Elvira Salazar dan kelompok bipartisan mendapatkan inspirasi dari rancangan undang-undang NO FAKES Act yang didiskusikan Senat, memperkenalkan undang-undang untuk menjembatani kesenjangan yang ada dan memberdayakan seniman dan warga negara untuk melindungi karya kreatif dan individualitas online mereka.
Urgensi yang Dipicu oleh Kemajuan AI
Insiden baru-baru ini, seperti penyebaran lagu “Drake palsu” dan klip audio buatan AI yang menggambarkan tokoh politik secara salah, telah meningkatkan perlunya tindakan legislatif. Undang-Undang No AI FRAUD mengusulkan standar federal untuk mencegah penggunaan AI yang tidak sah untuk mereplikasi suara dan kemiripan dengan tokoh masyarakat. Meskipun undang-undang “hak publisitas” yang ada berbeda-beda di setiap negara bagian, undang-undang tersebut berupaya menciptakan pendekatan terpadu dan komprehensif untuk mengatasi tantangan-tantangan ini.
Inisiatif Tingkat Negara Bagian
Pada saat yang sama, Tennessee memperkenalkan undang-undang paralel yang dikenal sebagai Undang-Undang Memastikan Kesamaan Suara dan Gambar (ELVIS). Inisiatif tingkat negara bagian ini bertujuan untuk memperbarui perlindungan bagi penulis lagu, artis, dan profesional industri musik, khususnya mengatasi penyalahgunaan konten yang dihasilkan AI.
Dukungan Kuat dari Industri dan Masyarakat
Undang-Undang No AI FRAUD telah mendapatkan dukungan kuat dari berbagai perusahaan dan organisasi musik, termasuk Recording Industry Association of America (RIAA), Universal Music Group, dan Recording Academy. Upaya bipartisan ini mengatasi potensi ancaman yang ditimbulkan oleh meningkatnya kecanggihan dan aksesibilitas audio yang dihasilkan AI.
Kekhawatiran yang Dimunculkan oleh Audio yang Dihasilkan AI
Penggunaan audio yang dihasilkan oleh AI telah menimbulkan kekhawatiran besar, terutama terlihat dalam insiden di mana tokoh politik digambarkan secara salah dalam klip audio yang dimanipulasi. Undang-undang yang diusulkan ini berupaya untuk memberikan sanksi terhadap produksi dan distribusi replika buatan AI tanpa persetujuan, dengan mengakui konsekuensi nyata yang mungkin terjadi, termasuk potensi kekerasan, campur tangan pemilu, dan penipuan.
Tantangan dalam Mendeteksi Manipulasi AI
Pesatnya kemajuan teknologi kloning suara, ditambah dengan aksesibilitas alat AI, menghadirkan tantangan dalam mendeteksi kampanye audio palsu. Tidak seperti gambar dan video yang dimanipulasi, audio yang dihasilkan AI tidak memiliki keanehan yang nyata, sehingga menyulitkan individu dan platform media sosial untuk mengidentifikasi dan memoderasinya. RUU ini menjawab tantangan-tantangan ini dengan memberikan bantuan hukum bagi mereka yang suara dan persamaannya dieksploitasi.
Implikasi Global dan Misinformasi
Dampak deepfake suara yang dihasilkan AI melampaui batas negara, seperti yang terjadi di Slovakia dan Sudan. Deepfake berbahasa asing, yang sering dibagikan di platform media sosial tanpa pemeriksaan fakta yang kuat, berkontribusi terhadap misinformasi dan kebingungan. Para ahli memperingatkan bahwa teknik-teknik tersebut dapat digunakan dalam pemilu mendatang di seluruh dunia, sehingga menimbulkan ancaman bagi demokrasi.