Pengusaha miliarder Elon Musk telah mengintensifkan pertarungan hukumnya melawan OpenAI dengan memperluas gugatannya hingga mencakup klaim antimonopoli federal. Elon Musk memperluas gugatannya terhadap OpenAI dengan menambahkan klaim antimonopoli terhadap pendukung terbesarnya, Microsoft. Gugatan yang diubah, yang diajukan pada 14 November di pengadilan federal di Oakland, California, juga menyebut pendukung keuangan terbesar OpenAI, Microsoft, sebagai tergugat. Dalam perkembangan terkini, Elon Musk memperluas gugatannya terhadap OpenAI dengan memasukkan tuduhan persaingan tidak sehat dan praktik monopoli. Berdasarkan gugatan tersebut, OpenAI dan Microsoft dituduh berkolusi untuk memonopoli pasar kecerdasan buatan generatif, sehingga mengesampingkan pesaing dalam prosesnya.
Klaim terbaru Musk menggemakan tuduhannya pada bulan Agustus terhadap OpenAI dan CEO-nya, Sam Altman. Gugatan tersebut menuduh bahwa OpenAI, yang awalnya didirikan sebagai organisasi nirlaba, menyimpang dari misinya dengan memprioritaskan keuntungan daripada kepentingan publik. Mereka juga menuduh Altman melakukan “self-dealing” untuk memperkuat hubungan OpenAI dengan Microsoft, yang mengakibatkan “merger de facto” tanpa persetujuan peraturan.
Keluhan tersebut lebih lanjut mengklaim bahwa OpenAI dan Microsoft mengkondisikan investasi pada perjanjian yang melarang pendanaan untuk pesaing, termasuk startup AI milik Musk, xAI. Kesepakatan lisensi eksklusif antara kedua perusahaan tersebut diduga dirancang untuk mencegah persaingan di sektor AI yang berkembang pesat.
Pertarungan Hukum Meningkat di Tengah Pendanaan dan Perubahan Perusahaan
Elon Musk memperluas gugatannya terhadap OpenAI, menuduh bahwa perusahaan tersebut telah menyimpang dari misi pendiriannya untuk memprioritaskan keuntungan daripada kepentingan publik. Musk, yang merupakan salah satu pendiri OpenAI, awalnya mengajukan gugatan pada bulan Februari. Keluhan awal menuduh OpenAI menyimpang dari akar organisasi nirlaba dan melanggar perjanjian pendiriannya. Dia mengklaim bahwa peralihan perusahaan ke model nirlaba mengkhianati misi awal mereka untuk memprioritaskan manfaat sosial.
Menanggapi perluasan tuntutan hukum tersebut, OpenAI mengeluarkan pernyataan yang menggambarkan klaim terbaru Musk sebagai “tidak berdasar dan melampaui batas.” Microsoft belum mengomentari perubahan gugatan tersebut.
Latar Belakang Keluhan Musk dengan OpenAI
Keluhan Musk terhadap OpenAI telah berkembang sejak kedekatannya dengan Microsoft dimulai. OpenAI dilaporkan mendapatkan pendanaan baru sebesar $6,6 miliar pada bulan Oktober, menggandakan valuasinya menjadi $157 miliar. Penilaian ini menyaingi perusahaan mapan seperti Uber dan Goldman Sachs. Gugatan tersebut mengklaim bahwa Musk disesatkan dengan meyakini bahwa OpenAI akan tetap menjadi organisasi nirlaba yang berfokus pada kepentingan publik. Namun, laporan terbaru menunjukkan rencana untuk merestrukturisasi OpenAI menjadi perusahaan nirlaba, yang semakin memicu kekhawatiran Musk.
Tindakan hukum Musk terjadi di tengah meningkatnya pengaruhnya di industri teknologi dan perannya dalam membentuk kebijakan pemerintah AS. Laporan menyoroti keterlibatan Musk dalam pemerintahan Trump sebagai penasihat yang berfokus pada pengurangan inefisiensi pemerintah. Sementara itu, OpenAI tetap fokus pada perluasan kemampuannya di sektor AI, meskipun Musk terus menghadapi tantangan hukum.
Dengan perjuangan yang kini meluas ke wilayah antimonopoli, hasil dari tuntutan hukum yang berisiko tinggi ini dapat mempunyai implikasi yang signifikan terhadap masa depan inovasi dan persaingan AI di industri ini.
Kekhawatiran Etis Atas Pergeseran OpenAI dari Nirlaba ke Nirlaba
Tuduhan Musk juga menyoroti kekhawatiran etis tentang peralihan OpenAI dari entitas nirlaba yang berfokus pada kepentingan publik menjadi perusahaan nirlaba. Awalnya, OpenAI diluncurkan untuk memprioritaskan pengembangan AI yang aman dan bertanggung jawab demi kebaikan bersama. Namun, langkah-langkah yang diambil baru-baru ini, khususnya hubungan keuangan dan strategis yang erat dengan Microsoft, menunjukkan adanya pergeseran ke arah maksimalisasi keuntungan. Musk menuduh perubahan ini bertentangan dengan misi pendirian organisasi.
Transformasi dari organisasi nirlaba menjadi organisasi nirlaba bukan sekadar keputusan bisnis namun juga menimbulkan pertanyaan mengenai kepercayaan dan akuntabilitas. Menurut para kritikus, perusahaan yang didirikan untuk memajukan AI secara etis mungkin akan mengkompromikan komitmen mereka terhadap masyarakat ketika mereka hanya berorientasi pada keuntungan. Hal ini khususnya menjadi masalah dalam bidang AI, dimana dampak teknologi dapat mempunyai konsekuensi yang luas terhadap privasi, pasar kerja, dan kesetaraan sosial.
Baca Juga: xAI Elon Musk Mengumpulkan $6 Miliar untuk Ekspansi dan Pertumbuhan AI.