Sekelompok dealer Hyundai Motor America telah mengacaukan narasi kendaraan listrik (EV) perusahaan tersebut. Dalam gugatan yang diajukan pada tanggal 5 Juli 2024, di pengadilan federal Chicago, para dealer tersebut menuduh produsen mobil Korea Selatan tersebut memanipulasi data penjualan mobil listrik di AS. Gugatan tersebut, yang dipelopori oleh Napleton Aurora Imports di Illinois dan waralaba afiliasinya, menuduh bahwa Hyundai menekan mereka untuk menggelembungkan angka penjualan melalui pengodean kendaraan pinjaman yang tidak tepat.
Inti dari gugatan tersebut bergantung pada dugaan penyalahgunaan kode inventaris. Menurut pengajuan tersebut, Hyundai menginstruksikan dealer untuk mengklasifikasikan kendaraan pinjaman, yang biasanya diberikan kepada pelanggan saat mobil mereka sendiri sedang dalam proses perbaikan, sebagai penjualan aktual. Praktik ini, jika benar, akan menggambarkan gambaran yang sangat cerah tentang permintaan mobil listrik di pasar AS.
Dugaan Manipulasi Penjualan Kendaraan Listrik Membahayakan Strategi Pasar dan Integritas Hyundai
Motif di balik dugaan manipulasi tersebut, menurut gugatan tersebut, adalah untuk memproyeksikan citra penjualan kendaraan listrik yang sedang meningkat. Pengajuan tersebut mengutip pernyataan seorang manajer penjualan Hyundai, “kami harus mencapai angka untuk Pers.” Tekanan ini, menurut para dealer, memiliki konsekuensi. Mereka yang bekerja sama dengan skema yang diduga tersebut dilaporkan diberi hadiah berupa inventaris tambahan model-model populer dan diskon harga grosir mobil. Sebaliknya, dealer yang menolak untuk berpartisipasi mengklaim bahwa mereka dikucilkan, menghadapi pembatasan dalam menerima kendaraan yang diinginkan dan potensi hukuman finansial.
Hyundai, menanggapi gugatan tersebut, telah meluncurkan penyelidikan internal. Dalam pernyataan yang dirilis pada 8 Juli, perusahaan tersebut menekankan komitmennya terhadap integritas data dan menyatakan bahwa “tidak membenarkan pemalsuan data apa pun.” Namun, gugatan tersebut membayangi pernyataan Hyundai baru-baru ini tentang kinerja kendaraan listriknya. Perusahaan tersebut telah secara agresif mendorong segmen kendaraan listriknya, dengan tujuan untuk menguasai pangsa pasar AS yang sedang berkembang. Gugatan ini, jika tuduhan tersebut beralasan, dapat merusak strategi tersebut secara signifikan.
Dampaknya tidak hanya terbatas pada persepsi publik. Angka penjualan yang dibesar-besarkan dapat menyesatkan investor dan pemangku kepentingan tentang permintaan pasar yang sebenarnya terhadap mobil listrik Hyundai. Hal ini, pada gilirannya, dapat memengaruhi keputusan investasi dan alokasi sumber daya dalam perusahaan. Selain itu, jika pemerintah AS menyelidiki dan menemukan pelanggaran, Hyundai dapat menghadapi denda besar dan potensi penarikan kembali produk.
Gugatan Hukum Hyundai Menyoroti Kekhawatiran Seluruh Industri Atas Manipulasi Data Penjualan dan Praktik Etis
Gugatan tersebut juga menimbulkan pertanyaan tentang tekanan yang diberikan produsen mobil kepada dealer untuk memenuhi target penjualan. Meskipun persaingan yang sehat penting, menggunakan praktik yang berpotensi curang untuk mencapai tujuan dapat merugikan industri secara keseluruhan. Hal ini mengikis kepercayaan konsumen dan menciptakan persaingan yang tidak adil bagi dealer yang jujur.
Ini bukan pertama kalinya produsen mobil menghadapi tuduhan memanipulasi data penjualan. Pada tahun 2016, sekelompok dealer menggugat Chrysler atas tuduhan serupa, yakni menggelembungkan angka penjualan. Kasus ini diselesaikan di luar pengadilan pada tahun 2019, dengan rincian penyelesaian yang tetap dirahasiakan. Namun, Chrysler memang membayar $40 juta kepada pengawas AS untuk menyelesaikan klaim bahwa mereka menyesatkan investor tentang angka penjualan.
Kasus Hyundai masih dalam tahap awal. Pengadilan akan mendengarkan argumen dari kedua belah pihak, dan mungkin mengumpulkan bukti dan kesaksian saksi. Hasilnya dapat memiliki implikasi signifikan bagi Hyundai, jaringan dealernya, dan pasar mobil listrik secara keseluruhan. Jika gugatan tersebut membuktikan tuduhan tersebut, itu akan menjadi pukulan telak bagi reputasi Hyundai dan dapat menyebabkan gelombang gugatan serupa dari dealer yang tidak puas. Hal itu juga akan menimbulkan kekhawatiran serius tentang kredibilitas angka penjualan mobil listrik yang dilaporkan di seluruh industri.
Seiring dengan berlangsungnya pertarungan hukum, konsumen dan investor akan mencermati perkembangannya. Hasilnya tidak hanya akan menentukan nasib penjualan mobil listrik Hyundai di AS, tetapi juga menjadi preseden bagi praktik penjualan yang etis dalam industri otomotif.