CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon optimis terhadap peran kecerdasan buatan (AI) di masa depan, menepis ketakutan akan kehilangan pekerjaan secara massal dan berfokus pada bagaimana AI dapat merevolusi operasi bisnis dan membentuk kembali keseimbangan kehidupan kerja. Berbicara kepada Bloomberg TV, Dimon memperkirakan bahwa AI tidak hanya akan meningkatkan produktivitas tetapi juga secara signifikan mengurangi jam kerja bagi generasi mendatang.
Visi untuk Jam Kerja yang Lebih Singkat
Dimon, yang dikenal karena menganjurkan nilai-nilai tradisional di tempat kerja seperti kerja keras dan kehadiran di kantor, membayangkan masa depan di mana AI memungkinkan orang bekerja dengan jam kerja lebih sedikit. Dia yakin standar waktu kerja lima hari dalam seminggu dapat menyusut menjadi hanya tiga setengah hari karena otomatisasi mengambil alih lebih banyak tugas rutin. Selain itu, Dimon melihat masa depan di mana kemajuan dalam layanan kesehatan, yang didorong oleh teknologi, dapat memungkinkan orang untuk hidup lebih lama, lebih sehat, dan berpotensi mencapai usia 100 tahun.
Peran AI yang Berkembang di JPMorgan
Di JPMorgan, AI sudah digunakan di berbagai bidang, termasuk deteksi kesalahan, perdagangan, penelitian, dan manajemen risiko. Dimon menyebut AI sebagai “sesuatu yang hidup dan bernapas,” menekankan potensinya untuk berkembang dan terus meningkatkan cara bisnis beroperasi. Meskipun pengaruh AI semakin besar, kekhawatiran mengenai perpindahan pekerjaan masih tetap ada. Goldman Sachs telah memperingatkan bahwa hingga 300 juta pekerjaan dapat terkena dampak AI, dan banyak karyawan khawatir peran mereka akan digantikan.
Namun, Dimon menggambarkan perubahan ini sebagai bagian dari tren lama dalam teknologi yang menggantikan pekerjaan tertentu, dan menunjukkan bahwa AI juga membawa potensi peningkatan signifikan dalam standar hidup. “Teknologi selalu menggantikan pekerjaan,” katanya. “Tetapi hal ini juga menciptakan peluang untuk jenis pekerjaan baru dan kondisi kehidupan yang lebih baik.”
Mengotomatiskan Pekerjaan untuk Meningkatkan Produktivitas
Pandangan optimis Dimon sejalan dengan temuan dalam laporan McKinsey pada tahun 2023, yang memperkirakan bahwa AI dapat mengotomatiskan hingga 70% tugas karyawan, dan menghasilkan hingga $4,4 triliun per tahun untuk perekonomian global. Pergeseran ini dapat memungkinkan bisnis beroperasi lebih efisien sekaligus meningkatkan keseimbangan kehidupan kerja bagi karyawan.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Universitas Cambridge, yang meneliti 61 organisasi, menemukan bahwa penerapan empat hari kerja dalam seminggu menghasilkan penurunan hari sakit sebesar 65% dan pengurangan kelelahan sebesar 71%. Hasilnya, 92% perusahaan dalam penelitian ini memilih untuk mempersingkat jam kerja dalam seminggu. Pandangan Dimon mengingatkan kita pada ekonom John Maynard Keynes, yang meramalkan pada tahun 1930an bahwa kemajuan teknologi akan menyebabkan jam kerja lebih pendek. Meskipun rata-rata jam kerja modern di Inggris adalah 36,4 jam, seruan untuk jam kerja yang lebih pendek mendapatkan momentum secara global.
Kekhawatiran Tentang Risiko AI
Meskipun memiliki pandangan positif, Dimon mengakui risiko yang terkait dengan AI, khususnya potensi penyalahgunaannya di tangan yang salah. “Teknologi telah melakukan hal-hal luar biasa, namun juga dapat digunakan untuk hal-hal yang merugikan,” ia memperingatkan, mengutip kekhawatiran seperti perang siber. Kekhawatiran Dimon serupa dengan kekhawatiran para pemimpin teknologi seperti CEO OpenAI Sam Altman dan salah satu pendiri Microsoft Bill Gates, yang menyerukan penerapan batasan peraturan untuk mengurangi potensi bahaya AI.
Dimon menekankan bahwa meskipun AI menawarkan potensi yang sangat besar, AI harus dikembangkan dan dikelola secara bertanggung jawab. “Ini adalah teknologi baru, dan perlu waktu untuk menetapkan peraturan yang tepat,” katanya, menyadari bahwa para pemimpin industri harus bekerja sama untuk memastikan AI bermanfaat bagi masyarakat tanpa menimbulkan kerugian yang tidak diinginkan.
Mendukung Karyawan di Tengah Perpindahan Kerja
Dimon juga membahas masalah perpindahan pekerjaan, dan mengakui bahwa beberapa peran pasti akan digantikan oleh AI. Namun, dia meyakinkan JPMorgan berkomitmen membantu karyawan yang terkena dampak perubahan teknologi. Berdasarkan pengalaman bank selama akuisisi First Republic pada tahun 2023, Dimon menjelaskan bagaimana JPMorgan mampu menawarkan pekerjaan kepada 90% staf First Republic, meskipun beberapa posisi bersifat transisi.
“Kami mempekerjakan 30.000 orang setiap tahunnya, jadi kami berharap dapat menemukan peran baru bagi karyawan yang terkena dampak AI,” kata Dimon. Pendekatan ini menunjukkan komitmen JPMorgan terhadap pengembangan tenaga kerja dan meminimalkan dampak AI terhadap pekerjaan.
Ekspansi Global Inovasi AI
Dimon juga menyoroti meningkatnya desentralisasi inovasi AI, dengan kota-kota seperti London, Berlin, Paris, dan Amsterdam yang muncul sebagai pemain kunci dalam ekosistem AI. Kota-kota ini, bersama dengan pusat-pusat yang sudah mapan seperti Silicon Valley, sedang mengembangkan jaringan global pengembangan AI, memastikan bahwa inovasi tidak terbatas pada beberapa wilayah saja.
Namun, Dimon mencatat tantangan bagi startup AI dalam mengakses pasar modal. Dia menunjukkan bahwa masalah peraturan dan masalah likuiditas dapat menunda kemampuan startup AI untuk melakukan IPO, sehingga dapat berdampak pada potensi pertumbuhan mereka.