Dalam sebuah langkah strategis yang diumumkan pada Kamis, 7 November, Mitsubishi Motors Corporation mengumumkan rencananya untuk membeli kembali sebagian besar saham Nissan Motor Co., keputusan yang akan menurunkan kepemilikan Nissan di Mitsubishi dari 34,07 persen menjadi 24,05 persen. Transaksi ini, diungkapkan dalam siaran pers dari Jepang, akan berlangsung di Bursa Efek Tokyo, di mana Mitsubishi akan membeli sebanyak 149,028,300 saham dengan harga sekitar $3,01 per saham, berdasarkan nilai tukar saat ini.
Pembelian kembali ini mewakili sekitar 10,02 persen saham non-treasury Mitsubishi yang ada. Meskipun pembelian kembali Mitsubishi menandai pengurangan signifikan kepemilikan Nissan, perusahaan-perusahaan tersebut mengklarifikasi bahwa langkah ini tidak akan mempengaruhi aliansi lama atau proyek kolaboratif mereka, yang menandakan komitmen berkelanjutan untuk bekerja sama dalam beberapa inisiatif. “Mitsubishi dan Nissan tetap berkomitmen pada upaya kolaboratif dalam aliansi, dengan fokus pada inovasi produk dan proyek bersama di berbagai pasar,” kata Mitsubishi.
Melanjutkan Kolaborasi di Tengah Penataan Kembali
Pembelian kembali Mitsubishi dari Nissan merupakan bagian dari penyesuaian yang lebih luas yang terjadi dalam Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi. Meskipun Mitsubishi dan Nissan tidak merinci secara spesifik kolaborasi mereka yang akan datang, kerja sama mereka diperkirakan akan fokus pada model yang melayani pasar global. Salah satu contoh terbaru kolaborasi mereka adalah Mitsubishi Outlander 2025 yang berbagi landasan desain dengan Nissan Rogue di pasar Amerika Serikat. Pasangan ini menggambarkan strategi aliansi untuk mengoptimalkan platform kendaraan, menggabungkan sumber daya untuk memperluas jangkauan di Amerika Utara dan wilayah lainnya.
Inisiatif besar yang akan datang mencakup rencana pembuatan truk pickup ukuran menengah yang ditargetkan untuk pasar Amerika Serikat. Merek-merek tersebut bertujuan untuk mengembangkan model ini bersama-sama, mengumpulkan sumber daya untuk menyederhanakan produksi, menurunkan biaya, dan meningkatkan penjualan. Kolaborasi semacam ini menunjukkan arah aliansi terhadap upaya berbagi dan pengembangan platform yang terkoordinasi, bahkan ketika struktur kepemilikan sedang menyesuaikan.
Nissan Menghadapi Pemotongan Keuntungan dan Pengurangan Pekerjaan
Pada hari yang sama dengan pengumuman Mitsubishi, Nissan mengungkapkan langkah-langkah restrukturisasi besar-besaran, termasuk pengurangan signifikan tenaga kerja global dan penurunan kapasitas produksi. Nissan berencana memberhentikan 9.000 karyawan di seluruh dunia dan mengurangi kapasitas produksi global sebesar 20 persen. Bersamaan dengan tindakan penghematan biaya ini, Nissan juga menurunkan prospek keuangannya, mengurangi perkiraan laba operasional tahunan sebesar 70 persen menjadi $975 juta, karena produsen mobil tersebut bergulat dengan penurunan penjualan.
Keputusan Nissan untuk merevisi perkiraan labanya mencerminkan tantangan yang sedang berlangsung dalam lanskap otomotif yang semakin kompetitif. Dalam beberapa tahun terakhir, Nissan menghadapi tekanan untuk menstabilkan keuangannya sambil berinvestasi pada teknologi baru, seperti kendaraan listrik dan otonom. Dengan memangkas biaya administrasi, Nissan bertujuan untuk menyederhanakan operasional dan menyelaraskan kembali sumber dayanya untuk pertumbuhan di masa depan. Namun, menurunnya profitabilitas masih menjadi kekhawatiran bagi perusahaan, sehingga mendorong perusahaan untuk mengambil langkah berani untuk melawan tekanan keuangan.
Pergeseran Strategis dan Ketahanan Aliansi
Meskipun baik Mitsubishi maupun Nissan tidak secara langsung menghubungkan keputusan mereka baru-baru ini, para analis percaya bahwa pembelian kembali Mitsubishi dapat berasal dari kebutuhan untuk menyesuaikan kembali dinamika aliansi di tengah kinerja buruk Nissan. Dengan menurunkan kepemilikan Nissan, Mitsubishi mungkin ingin memperoleh tingkat kemandirian operasional yang lebih besar dalam aliansi tersebut, bahkan ketika mereka melanjutkan usaha kolaboratif. Restrukturisasi ini juga menyoroti keinginan dalam aliansi untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan permintaan pasar dan kondisi ekonomi yang menantang.
Aliansi Renault-Nissan-Mitsubishi telah menjadi kekuatan penting di dunia otomotif, yang memungkinkan setiap merek anggotanya memanfaatkan sumber daya dan teknologi di seluruh wilayah. Namun, seiring dengan berkembangnya dinamika aliansi, setiap anggota tampaknya fokus pada penyempurnaan pendekatannya. Dengan semakin banyaknya pasar otomotif AS yang mengutamakan model listrik dan hibrida, seperti Mitsubishi Outlander PHEV yang populer, setiap merek memprioritaskan strategi fleksibel dan berfokus pada inovasi yang memungkinkan mereka merespons preferensi pelanggan.
Transaksi pembelian kembali Mitsubishi dan langkah restrukturisasi yang dilakukan Nissan menandai momen penting bagi aliansi tersebut, yang menggarisbawahi perlunya kemampuan beradaptasi dan ketahanan di pasar otomotif yang bergejolak saat ini. Dengan menyelaraskan kembali struktur kepemilikan sambil mempertahankan kolaborasi inti, Mitsubishi dan Nissan berupaya memperkuat posisi mereka, memastikan mereka tetap menjadi pemain kompetitif yang mampu memenuhi tuntutan industri yang terus berkembang.