Produsen mobil Jepang Nissan Motor Co secara aktif mencari investor jangka panjang untuk menstabilkan operasinya saat menghadapi tahun yang penuh tantangan yang ditandai dengan penurunan penjualan dan restrukturisasi perusahaan besar-besaran. Menurut laporan dari Waktu Keuanganpembuat mobil tersebut berfokus untuk mengamankan investor institusional, seperti bank atau perusahaan asuransi, untuk mengambil alih sebagian saham ekuitas yang dipegang oleh mitra lamanya, Renault.
Urgensi untuk Mengamankan Anchor Investor
Urgensi untuk menemukan investor strategis semakin meningkat karena meningkatnya tekanan pasar. Sumber yang dekat dengan Nissan menyatakan kekhawatirannya bahwa perusahaan tersebut hanya mempunyai waktu “12 atau 14 bulan untuk bertahan” jika tren yang ada saat ini terus berlanjut. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya tantangan keuangan yang dihadapi Nissan, yang mengakibatkan penurunan penjualan di pasar-pasar utama.
Masalah Nissan semakin diperparah dengan pengurangan kepemilikan saham perusahaan oleh Renault, mitranya di Perancis selama lebih dari dua dekade. Berkurangnya keterlibatan Renault di Nissan, ditambah dengan upaya restrukturisasi yang dilakukan kedua perusahaan, telah menambah tekanan pada aliansi tersebut.
Pergeseran Kemitraan Renault-Nissan
Kemitraan Renault-Nissan dimulai pada tahun 1999 ketika Renault menyelamatkan Nissan dari kebangkrutan dengan mengakuisisi 36,8% saham produsen mobil Jepang tersebut. Sejak itu, kedua perusahaan tersebut mempertahankan merek mereka secara independen, namun aliansi mereka menghadapi banyak ketegangan, terutama terkait masalah tata kelola dan perubahan keseimbangan kepemilikan saham.
Pada tahun 2002, keadaan berbalik ketika Nissan mengakuisisi 15% saham di Renault, yang menyebabkan Renault meningkatkan kepemilikannya di Nissan menjadi 43%. Namun, hubungan kedua perusahaan tersebut mengalami gejolak, dan perkembangan terkini terus mengubah dinamika kemitraan mereka. Pada tahun 2023, Renault mengurangi kepemilikan hak suara di Nissan menjadi 15%, setara dengan 15% kepemilikan non-voting milik Nissan di Renault.
Pergeseran ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan kemitraan ini, dan para pengamat industri kini mencermati apa yang akan terjadi selanjutnya bagi kedua perusahaan.
Menjelajahi Hubungan Lebih Dalam dengan Honda
Mengingat tantangan ini, Nissan dilaporkan sedang menjajaki kemungkinan menjalin hubungan dengan rivalnya, produsen mobil Jepang, Honda. Gagasan pembelian saham Honda di Nissan, yang pernah dianggap sebagai pilihan terakhir, kini mendapatkan daya tarik seiring upaya kedua perusahaan untuk meningkatkan kendaraan listrik (EV) dan teknologi perangkat lunak mereka. Kolaborasi ini dapat membantu Nissan dan Honda menangkis persaingan yang semakin ketat dari pabrikan Tiongkok di pasar otomotif yang berkembang pesat.
Renault, yang tetap mempertahankan 15% hak suara di Nissan, telah menunjukkan dukungan terhadap potensi kolaborasi ini, dan memandangnya sebagai langkah yang saling menguntungkan. Namun, keterlibatan Renault dalam diskusi tersebut dikatakan terbatas pada saat ini, sehingga masa depan kemitraan berada di tangan Nissan dan Honda.
Restrukturisasi Nissan dan Kepemilikan Mitsubishi
Sebagai bagian dari upaya restrukturisasi yang lebih luas, Nissan juga berupaya mengurangi 34% kepemilikannya di mitra aliansinya, Mitsubishi Motors, menjadi 24%. Mitsubishi, yang sangat kuat di Asia Tenggara dan memiliki teknologi hibrida plug-in yang canggih, telah menjajaki bidang kolaborasi baru dengan Nissan dan Honda, meskipun belum ada rencana konkrit yang diumumkan.
Restrukturisasi tersebut merupakan bagian dari upaya Nissan untuk merampingkan operasional sembari menghadapi penurunan penjualan, terutama di pasar seperti Tiongkok dan Amerika Serikat. Nissan juga sedang dalam proses menyelesaikan kemitraan baru dengan Honda yang berfokus pada kendaraan listrik, yang dipandang sebagai langkah penting untuk tetap kompetitif di pasar global.
Investor Aktivis Menunjukkan Minat
Sementara itu, aktivis investor seperti Effissimo Capital Management di Singapura dan Oasis Management di Hong Kong telah menunjukkan minat pada Nissan, menurut laporan. Para investor ini sering kali membeli saham dalam jumlah besar di perusahaan-perusahaan yang sedang kesulitan untuk mempengaruhi keputusan manajemen. Keterlibatan mereka dapat menghasilkan perubahan yang bertujuan untuk meningkatkan profitabilitas dan merestrukturisasi bisnis untuk memastikan masa depan yang lebih stabil.
Ketika Nissan menghadapi tantangan-tantangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini, beberapa bulan ke depan akan menjadi momen yang sangat penting dalam menentukan kemampuan perusahaan untuk bangkit kembali dan mengamankan jalur ke depannya di tengah lanskap otomotif yang terus berubah.