Tesla, produsen kendaraan listrik (EV) perintis, telah mengumumkan rencana untuk meluncurkan layanan Full Self-Driving (FSD) di Eropa dan China pada kuartal pertama tahun 2025. Langkah ini menandai langkah signifikan dalam upaya global Tesla untuk memperluas teknologi bantuan pengemudi bertenaga AI. Namun, peluncuran tersebut masih bergantung pada perolehan persetujuan regulasi di kedua wilayah, rintangan yang belum diatasi perusahaan.
Fitur Full Self-Driving (FSD) Tesla bukanlah sistem yang sepenuhnya otonom, meskipun namanya demikian. Melainkan, fitur ini merupakan sistem bantuan pengemudi tingkat lanjut (ADAS) yang tersedia bagi pelanggan Tesla sebagai add-on berbayar. Sistem ini menyempurnakan penawaran Autopilot standar Tesla dengan menyediakan fitur-fitur tambahan seperti pergantian jalur otomatis, navigasi di jalan raya, dan kemampuan untuk mengenali dan menanggapi rambu lalu lintas dan rambu berhenti. Namun, pengemudi tetap diminta untuk tetap waspada dan memegang kemudi, siap untuk melakukan intervensi jika diperlukan.
FSD merupakan landasan strategi Tesla yang lebih luas untuk memasukkan lebih banyak kecerdasan buatan (AI) ke dalam kendaraannya. CEO Elon Musk sering menggambarkannya sebagai elemen kunci di masa depan perusahaan, khususnya dalam upaya menciptakan kendaraan yang sepenuhnya otonom. Namun, meskipun telah menjanjikan selama bertahun-tahun, FSD masih jauh dari memberikan otonomi sejati. Pengemudi Tesla harus tetap berada di belakang kemudi dan siap untuk mengambil kendali setiap saat.
Menunggu Persetujuan Regulasi di Eropa dan Tiongkok
Meskipun Tesla berencana untuk meluncurkan FSD di Eropa dan China pada awal tahun 2025, peluncurannya bergantung pada penerimaan izin regulasi dari otoritas di kedua wilayah tersebut. Saat ini, Tesla belum memperoleh izin yang diperlukan untuk menawarkan FSD sebagai produk komersial di Eropa maupun China. Namun, dalam pernyataan yang dibuat awal tahun ini, Musk menyatakan keyakinannya bahwa Tesla akan memperoleh persetujuan regulasi pada akhir tahun 2024.
Pengawasan regulasi seputar teknologi mengemudi otonom sangat ketat di Eropa dan Tiongkok, di mana otoritas telah menetapkan standar keselamatan dan kinerja yang ketat. Setiap penundaan dalam persetujuan regulasi dapat menunda jadwal peluncuran Tesla, yang saat ini ditargetkan pada kuartal pertama tahun 2025.
Peran FSD dalam Strategi Global Tesla
FSD Tesla dipandang sebagai komponen penting dari strategi global perusahaan untuk mendominasi pasar kendaraan otonom. Meskipun teknologinya masih tergolong fitur bantuan pengemudi, Musk telah berulang kali menyatakan bahwa tujuan Tesla adalah menciptakan kendaraan yang mampu beroperasi secara otonom sepenuhnya. Visi ini merupakan bagian penting dari strategi jangka panjangnya untuk memposisikan Tesla tidak hanya sebagai produsen mobil listrik, tetapi juga sebagai perusahaan teknologi yang digerakkan oleh AI.
Peluncuran FSD di Eropa dan China akan menjadi momen penting bagi Tesla. Eropa merupakan pasar penting bagi perusahaan, karena merupakan rumah bagi beberapa pasar otomotif utama, termasuk Jerman, Prancis, dan Inggris. Demikian pula, China merupakan peluang pertumbuhan yang besar, karena merupakan pasar kendaraan listrik terbesar di dunia. Kemampuan Tesla untuk meluncurkan FSD di wilayah-wilayah ini akan memberi perusahaan tersebut keunggulan kompetitif yang signifikan, terutama karena produsen mobil dan perusahaan teknologi lain berlomba-lomba mengembangkan sistem self-driving mereka sendiri.
Lanskap Kompetitif: Waymo dan Pony.ai Memimpin Jalan
Penawaran FSD Tesla telah lama digembar-gemborkan sebagai teknologi terobosan, tetapi menghadapi persaingan ketat dari pemain lain di bidang mengemudi otonom. Di AS, Waymo milik Alphabet telah memimpin pasar robotaxi, mengoperasikan kendaraan yang sepenuhnya otonom di kota-kota tertentu. Demikian pula, Pony.ai, perusahaan rintisan mengemudi otonom asal Tiongkok, telah membuat langkah maju dalam mengembangkan layanan mengemudi mandiri komersial di Tiongkok.
Kedua perusahaan telah membuat kemajuan penting dalam penerapan kendaraan otonom mereka di dunia nyata, sesuatu yang belum dicapai Tesla dengan sistem FSD-nya. Waymo, misalnya, mengoperasikan armada kendaraan tanpa pengemudi di Phoenix, Arizona, dan berencana untuk memperluas layanannya ke kota-kota lain. Pony.ai telah meluncurkan program percontohan robotaxi di beberapa kota di China, yang menempatkannya di depan Tesla dalam hal komersialisasi.
Namun, fokus Tesla pada FSD tetap khas karena merupakan fitur tambahan untuk kendaraan konsumennya, bukan layanan robotaxi khusus. Pendekatan ini dapat memberi Tesla keunggulan dalam jangka panjang, karena berupaya mengintegrasikan fitur bantuan pengemudi tingkat lanjut ke dalam armada yang ada, sementara perusahaan lain berfokus pada pembuatan kendaraan yang sepenuhnya otonom dari awal.
Pengumuman rencana Tesla untuk memperluas FSD ke Eropa dan China berdampak langsung pada harga saham perusahaan. Saham Tesla melonjak 6% setelah pembaruan tersebut, mencerminkan optimisme investor tentang potensi peluang pertumbuhan di dua pasar utama ini. Wall Street telah lama memandang FSD sebagai pendorong utama profitabilitas Tesla di masa mendatang, dan peluncuran internasional tersebut dapat meningkatkan pendapatan perusahaan dari penjualan perangkat lunak secara signifikan.
Saham Tesla secara historis sensitif terhadap berita terkait FSD, karena teknologi tersebut dipandang sebagai pengubah permainan dalam industri otomotif. Jika Tesla berhasil meluncurkan FSD di Eropa dan China, hal itu berpotensi membuka aliran pendapatan baru dan memperkuat posisi perusahaan sebagai pemimpin dalam perlombaan untuk kendaraan otonom.
Meskipun prospeknya positif, Tesla menghadapi beberapa tantangan saat berupaya memperluas FSD secara global. Persetujuan regulasi merupakan rintangan yang paling mendesak, karena otoritas di Eropa dan Tiongkok kemungkinan akan meneliti keamanan dan kinerja teknologi tersebut sebelum memberikan izin untuk penggunaannya. Selain itu, Tesla harus terus menyempurnakan sistem FSD-nya untuk memastikan bahwa sistem tersebut memenuhi standar tinggi yang diperlukan untuk penerapan komersial.
Ada pula masalah kepercayaan konsumen. Meskipun Tesla memiliki basis pelanggan yang loyal, perusahaan tersebut telah menghadapi kritik atas pemasaran fitur FSD-nya, khususnya karena melabelinya sebagai “Full Self-Driving” padahal sebenarnya tidak mampu melakukan otonomi penuh. Membangun kepercayaan konsumen terhadap keselamatan dan keandalan FSD akan menjadi hal yang krusial bagi keberhasilannya di pasar internasional.
Peluncuran Full Self-Driving yang direncanakan Tesla di Eropa dan China merupakan langkah maju yang signifikan dalam ambisinya untuk memimpin revolusi mengemudi otonom. Meskipun masih ada kendala regulasi, potensi FSD untuk mengubah bisnis Tesla dan industri otomotif yang lebih luas tidak dapat disangkal. Beberapa bulan ke depan akan menjadi masa kritis karena Tesla berupaya mendapatkan persetujuan yang diperlukan dan mempersiapkan peluncuran global teknologi bantuan pengemudi yang sangat dinanti-nantikan.